Pernah menonton pertunjukan yang membuatmu terhanyut dalam gerak, tapi juga memahami alur cerita tanpa satu kata pun diucapkan secara verbal? Kalau pernah, bisa jadi kamu sedang menyaksikan sendratari—sebuah bentuk seni panggung yang menyatukan kekuatan narasi, musik, dan gerak tubuh dalam harmoni yang memikat.
Sendratari merupakan salah satu bentuk seni tradisional yang berkembang di berbagai daerah Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Uniknya, pertunjukan ini tidak sekadar menampilkan tarian indah atau lakon dramatik saja. Ia menggabungkan keduanya—menghadirkan alur cerita lewat gerak dan ekspresi, diselingi musik, kadang narasi, dan sesekali dialog yang dilantunkan, bukan diucapkan.
Sebagai gabungan tari dan drama, sendratari berhasil menciptakan pengalaman menonton yang berbeda. Penonton tidak hanya menyimak cerita, tapi juga merasakan suasana dan konflik batin para tokohnya lewat irama tubuh, pencahayaan, dan alunan gamelan atau musik daerah. Inilah yang membuat seni ini begitu memikat, bahkan bagi mereka yang tidak terlalu familiar dengan cerita aslinya.
Kita akan menggali lebih dalam tentang apa itu sendratari, bagaimana sejarahnya, bentuk pertunjukannya, serta mengapa seni ini layak untuk terus dilestarikan. Karena dalam dunia yang serba cepat, sendratari mengajak kita untuk berhenti sejenak—dan meresapi cerita lewat gerakan.
Mengenal Lebih Dekat Sendratari, Seni yang Menghidupkan Cerita

Awal Mula Sendratari di Indonesia
Sendratari pertama kali populer di Indonesia pada era 1960-an, terutama di Yogyakarta dan Bali. Kata sendratari sendiri merupakan singkatan dari “seni drama dan tari”—sebuah bentuk pertunjukan yang memadukan lakon cerita dan ekspresi tari dalam satu kesatuan panggung.
Di masa itu, pemerintah dan seniman sedang gencar mengembangkan bentuk baru dari seni tradisi yang bisa dinikmati masyarakat luas sekaligus menjaga akar budayanya. Maka lahirlah format panggung yang memadukan gerak tari, penokohan drama, musik, dan narasi dalam satu pertunjukan utuh: sendratari.
Salah satu Drama Tari paling terkenal di Indonesia adalah Sendratari Ramayana yang dipentaskan secara rutin di Candi Prambanan. Dengan latar candi yang megah dan gerak para penari yang penuh makna, pertunjukan ini menjadi salah satu simbol dari seni tradisional yang hidup dan terus berkembang.
Unsur-Unsur yang Membentuk Sendratari
Drama Tari bukan sekadar tarian yang bercerita, atau drama yang diperhalus. Ia benar-benar memadukan dua elemen inti—tari dan lakon—dalam komposisi yang seimbang. Setiap gerak tubuh, raut wajah, hingga detail busana dirancang agar bisa memperkuat penggambaran karakter dan alur cerita.
Biasanya, pertunjukan Drama Tari dibagi dalam beberapa babak seperti halnya teater. Namun, tidak semua karakter berbicara langsung di atas panggung. Dalam beberapa versi, narator menyampaikan bagian penting cerita secara vokal diiringi musik. Sisanya, semua makna disampaikan lewat simbol gerakan dan musik yang menggiring emosi penonton.
Sebagai gabungan tari dan drama, kekuatan utama Drama Tari justru terletak pada “diam yang berbicara”. Tak satu kata pun bisa terasa sekuat lirikan mata penari atau kibasan selendang yang melambangkan amarah.
Cerita Rakyat, Epik, dan Nilai Moral
Banyak cerita dalam Drama Tari diambil dari legenda, kisah wayang, hingga epos besar seperti Ramayana dan Mahabharata. Selain itu, kisah-kisah rakyat seperti Ande-Ande Lumut, Roro Jonggrang, hingga cerita lokal dari masing-masing daerah juga sering diadaptasi.
Yang menarik, meskipun ceritanya klasik, pesan moral yang dibawa selalu terasa relevan. Tentang cinta yang tidak bisa dipaksa, perjuangan melawan kekuasaan yang lalim, atau keberanian menempuh jalan benar di tengah tekanan. Ini menjadikan Drama Tari sebagai bentuk seni tradisional yang tidak hanya indah, tapi juga mengedukasi.
Dalam pertunjukan ini, anak-anak bisa mengenal nilai-nilai kebajikan lewat visual dan gerakan, sementara orang dewasa bisa merenungkan ulang makna cerita dalam konteks kehidupan masa kini.
Musik dan Kostum yang Membawa Imajinasi
Tak bisa dipisahkan dari pertunjukan Drama Tari adalah musik dan kostumnya. Musik gamelan menjadi pengiring utama, meski beberapa Drama Tari modern kini menggunakan perpaduan instrumen lokal dan elektronik. Musik berfungsi bukan hanya sebagai latar, tapi juga sebagai penentu ritme emosi penonton.
Kostum dalam sendratari juga dibuat dengan detail dan filosofi. Warna, motif, hingga hiasan kepala punya arti tertentu—misalnya, tokoh antagonis sering memakai busana gelap dan gerakan tajam, sementara tokoh utama biasanya lebih lembut dan berwarna cerah.
Semua unsur ini menyatu dalam satu pertunjukan yang imajinatif, membangun suasana yang tidak bisa digantikan hanya dengan kata-kata.
Sendratari di Masa Kini: Bertahan dan Berinovasi

Meskipun tak seramai film atau konser musik, Drama Tari tetap hidup—terutama di daerah yang masih menjaga warisan seni budayanya. Beberapa sekolah dan sanggar seni bahkan mulai mengajarkan format sendratari sebagai bagian dari pelajaran ekstrakurikuler atau projek seni.
Bentuk Drama Tari pun mulai berkembang. Ada versi pendek yang dipentaskan dalam acara budaya, hingga versi kolaboratif yang melibatkan multimedia, proyeksi visual, dan tata cahaya modern. Semua ini menunjukkan bahwa seni tradisional ini tetap bisa beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya.
Di Bali, Drama Tari menjadi bagian dari upacara keagamaan maupun atraksi wisata budaya. Di Jawa, sendratari masih kerap ditampilkan dalam gelaran budaya, pembukaan festival, dan momen penting lainnya.
Yang paling penting adalah semangatnya: untuk terus menghidupkan cerita lewat gerak, bukan hanya untuk dilihat, tapi juga untuk dirasakan bersama.
Suara dari Pelaku Seni
“Sendratari itu bukan sekadar pertunjukan, tapi cara kita bercerita sebagai bangsa. Di dalamnya ada sejarah, spiritualitas, dan estetika yang tak lekang oleh waktu,” ujar Retno Maruti, maestro tari klasik Jawa yang telah puluhan tahun aktif di dunia seni pertunjukan.
Retno menekankan bahwa Drama Tari merupakan bentuk seni tradisional yang sangat kuat dalam menyampaikan pesan. “Kalau kita ingin memperkenalkan budaya ke generasi muda, sendratari bisa jadi pilihan karena menggabungkan semuanya: cerita, musik, gerak, dan rasa.”
Pernyataan ini juga didukung oleh Didi Nini Thowok, seniman lintas genre yang kerap bereksperimen dengan gabungan tari dan drama. “Saya melihat sendratari punya potensi besar untuk tampil di kancah internasional, asalkan dikemas dengan konteks yang segar tanpa meninggalkan akarnya.”
Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Untuk tulisan lain seputar seni budaya indonesia dan kehidupan kreatif, kamu bisa menjelajah dfranceinc.com, rumah dari blog d’art life.
Artikel Menarik Lainnya Seputar Tempat Wisata Indonesia yang Tersembunyi