Narasi fiksi berbalut sejarah di tengah perkembangan industri rokok keretek di Indonesia
Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala menghadirkan cerita yang sangat sinematik dan kaya akan unsur sejarah. Tak heran jika novel ini kemudian diadaptasi menjadi serial orisinal oleh Netflix, dengan Dian Sastrowardoyo yang memerankan sang gadis kretek. Novel ini tidak hanya mengangkat sejarah rokok keretek di Indonesia, tapi juga mengangkat dua peristiwa besar lainnya, yaitu masa penjajahan Jepang dan G30S.
Siapa sangka, aktivitas melinting rokok yang tampak sederhana bisa dijadikan cerita memikat, terutama ketika dilakukan oleh seorang gadis yang menjadi tokoh utama novel ini. Setelah bertahun-tahun mengamati dan mempraktikkan, ia berhasil menciptakan sebatang rokok istimewa yang digemari banyak orang. Rahasianya? Air liurnya yang ‘manis’ menjadi pengganti perekat pada kertas rokok.
Bagian yang paling melekat dalam ingatan pembaca adalah inovasi rokok kretek yang dibuat oleh sang gadis. Cerita ini terinspirasi dari kisah Putri Roro Mendhut, yang juga disebutkan dalam novel. Ratih Kumala menegaskan bahwa ia tidak bermaksud memunculkan kesan seksi atau keren dalam kebiasaan merokok, terbukti dengan adanya disclaimer di awal bab, menyerupai kemasan rokok. Tujuan utama novel ini adalah menyingkap sisi tradisi, sejarah, dan humanisme di balik kepulan asap rokok.
Secara genre, Gadis Kretek masuk dalam kategori fiksi sejarah, sejajar dengan karya seperti Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer dan Pulang karya Leila S. Chudori. Novel ini memuat sejarah perkembangan industri rokok keretek, khususnya di Jawa, sambil menampilkan jalinan roman dan drama keluarga yang menghidupkan alur cerita.
Dari Kelobot ke Kretek: Kisah Keluarga dan Bisnis Rokok
Terbitan Gramedia Pustaka Utama ini kaya dengan karakter dan alur maju-mundur yang mengisahkan perjalanan hidup keluarga pembuat rokok keretek. Cerita dimulai dengan nama “Jeng Yah” yang diucapkan Pak Raja dalam detik-detik terakhir hidupnya, memicu rasa penasaran ketiga putranya, terutama si bungsu Lebas.

Kisah kemudian berkilas balik ke tahun 1940, mengikuti perjalanan Idrus Moeria, seorang buruh giling yang otodidak dan tak bisa baca-tulis. Ia memberanikan diri merintis merek rokoknya sendiri yang dulu berupa rokok kelobot dibungkus daun jagung. Motivasi Idrus adalah cintanya kepada Romaesa, wanita idamannya, yang mensyaratkan kemandirian finansial sebagai prasyarat pernikahan.
Idrus akhirnya sukses mendirikan pabrik rokok di Kota M, dan memiliki dua anak perempuan, Dasiyah dan Rukayah. Dasiyah tumbuh dengan pengetahuan mendalam tentang pembuatan rokok keretek, dan tanpa sengaja menciptakan racikan rokok istimewa dengan liur ‘manis’ sebagai perekatnya. Rokok tersebut menjadi favorit Idrus dan dijual dengan nama “Kretek Gadis,” terinspirasi dari sosok Dasiyah.
Cerita Sinematik dan Latar Sejarah
Meskipun sinopsis ini mengandung spoiler, kejutan sebenarnya baru muncul di akhir cerita. Novel ini memadukan riset mendalam tentang sejarah rokok, mulai dari kelobot hingga rokok keretek modern, serta melibatkan peristiwa masa penjajahan Jepang dan G30S yang mengubah kehidupan para tokoh.

Plot novel maju-mundur, menampilkan konflik antar saudara dan kisah cinta serta perjuangan dalam dunia bisnis rokok. Meskipun berjudul Gadis Kretek, porsi cerita untuk sang gadis, Dasiyah, terbagi dengan tokoh lain, terutama Lebas dan Tegar.
Keunggulan dan Warisan Sastra
Keunggulan Gadis Kretek terletak pada keseimbangan antara elemen sejarah dan fiksi yang memikat, serta karakterisasi tokoh yang kuat dan realistis. Cerita ini terinspirasi dari keluarga penulis sendiri, dengan kakek Ratih Kumala sebagai pendiri perusahaan rokok keretek di Muntilan. Ratih melakukan riset selama empat tahun untuk menghidupkan kompleksitas cerita ini.
Gadis Kretek merupakan novel Indonesia yang ambisius dan telah dicetak ulang lebih dari 12 kali, serta diterjemahkan ke berbagai bahasa. Novel ini bukan hanya mengangkat sejarah industri rokok, tapi juga menampilkan dinamika sosial dan budaya Indonesia lewat kisah kekeluargaan dan romansa yang kaya.
Gadis Kretek Lebih dari Sekadar Kisah Rokok

Gadis Kretek bukan hanya sekadar novel tentang industri rokok keretek di Indonesia. Karya Ratih Kumala berhasil menghadirkan sebuah narasi yang kompleks, memadukan sejarah, budaya, dan dinamika keluarga dalam satu paket yang menarik dan penuh makna. Novel ini membawa pembaca menyelami sisi humanis di balik asap dan aroma rokok yang selama ini hanya kita kenal secara permukaan.
Salah satu hal yang paling saya apresiasi dari Gadis Kretek adalah bagaimana Ratih mengangkat peran perempuan dalam dunia yang didominasi patriarki, tanpa menghilangkan realitas keras yang mereka hadapi. Tokoh Dasiyah, sang gadis kretek, bukan sosok idealistis, tapi realistis—yang berjuang dengan segala keterbatasan sekaligus menunjukkan kekuatan dan kecerdasannya.
Selain itu, cara Ratih menempatkan sejarah sebagai latar bukan sekadar pajangan, melainkan bagian yang hidup dalam setiap konflik dan keputusan tokoh-tokohnya, membuat novel ini layak disebut fiksi sejarah. Ia mengajak kita untuk mengingat dan menghargai perjalanan panjang industri rokok keretek yang juga merupakan bagian dari identitas budaya Indonesia.
Namun, seperti karya besar lainnya, Gadis Kretek juga menantang pembaca untuk berpikir kritis. Apakah kita sudah cukup paham dan menghargai warisan budaya ini tanpa harus terjebak dalam romantisme? Bagaimana kita memandang industri rokok di tengah isu kesehatan dan modernisasi?
Pada akhirnya, Gadis Kretek adalah pengingat bahwa di balik setiap tradisi ada cerita manusia—penuh perjuangan, cinta, dan harapan. Sebuah karya yang layak dibaca tidak hanya oleh penggemar sastra, tapi juga oleh siapa saja yang ingin memahami lapisan terdalam dari budaya Indonesia.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Untuk tulisan lain seputar seni budaya indonesia dan kehidupan kreatif, kamu bisa menjelajah dfranceinc.com, rumah dari blog d’art life.